Pada kesempatan kali ini kita diajak untuk memahami apa itu ilmu, bagaimana terciptanya ilmu seta syarat-syarat yang menyertainya. Pada akhirnya bagaimana posisi ilmu arsitektur dalam batang tubuh epistemologi ilmu pengetahuan. Pertama-tama kita dihadapkan pada 2 istilah, yaitu ’to know’/untuk tau dan ’to understand’/untuk mengerti. Orang yang tau akan sesuatu belum tentu mengerti sesuatu tersebut. Sedangkan orang yang mengeri pastinya tau akan sesuatu tersebut.
Ilmu terbagi 3 yaitu, yaitu sientifik, skolastik, dan designerik. Kita akan lihat apa perbedaan dari ke tiga jenis ilmu tersebut dan bagaimana kedudukan ilmu arsitektur di sana.
Pertama, ilmu sientifik atau ilmiah. Ilmu sientifik menggunakan metode induksi dan deduksi yang ilmiah. Terciptanya suatu ilmu dangan metode ini berawal dari penemuan-penemuan yang berdasarkan pengamatan, dari pengamatan-pengamatan tersebut akan kita dapatkan rumusan, dan rumusan-rumusan yang ada tersebut tugasnya untuk memperkecil ketidakpastian (anomali). Dalam arsitektur metode seperti ini yang dipakai. Arsitek harus seperti ini, rancangan-rancangan yang ia buat harus pasti dapat terbangun sehingga tidak terdapat anomali/ketidakpastian pada rancangannya tersebut.
Modus arsitektur tradisional selalu seperti ini, pertama mungkin mereka membangun seminimal mungkin dengan pengetahuan yang mereka miliki kemudian terdapat kesalahan-kesalahan pada rancangannya, mereka memperbaiki, kemudian ada kesalahan lagi, dan mereka bangun dan perbaiki lagi, begini terus sehingga nantinya sampai pada titik dimana rancangannya tersebut memiliki seminimal mungkin kesalahan. Ilmu yang mereka dapat berdasarkan pengalaman mencoba dan menerapkan. Tradisi selalu terkait dengan tempat, waktu, fungsi, pengguna, tujuan, pandangan dan paradigma serta diikuti dengan prinsip-prinsip interpretasi, tindakan, tinjauan, dan nilai. Sedangkan arsitektur modern lebih pada pencapaian yang ter-, tertinggi, terpanjang, dan ter-ter lainnya. Sehingga pergerakannya tidak akan berhenti.
Kedua, ilmu skolastik atau ilmu yang didapat dari text. Contoh dari ilmu-ilmu yang skolastik adalah feng sui, primbon, dan lainnya. Ilmu tersebut didapat dari sebuah text. Arsitektur dengan tipe seperti ini cenderung berpikir liberal karena cenderung berpikiran bebas dengan membuat sesuatu yang baru dan belum pernah ada. Ide-ide yang ada biasanya didapat dari sesuatu yang baru dan cenderung idealis. Pada tipe ini biasanya yang lebih menonjol adalah dimulainya ide dari sebuah venustas/keindahan sedangkan teknis penerapannya bagaimana baru akan dipikirkan kemudian, ini yang menyebabkan ide-ide tersebut banyak yang tidak bisa diterapkan atapun malah dipaksa untuk direalisasikan.
Contohnya adalah arsitektur museum karya eisenman di Ohio. Museum ini mungkin cukup unik dengan bentuknya dan tiang-tiang yang melintang di sana-sini pada ruang dalam bangunannya tetapi dari segi fungsional museum ini sangat menyulitkan pengunjung yang datang dan ingin berkegiatan di sana. Pintu masuknya sendiri juga sulit didapat dan menjadikannya tidak memberikan kenyamanan pada orang-orang yang ingin ke sana. Ada juga bangunan yang dibuat dari bentukan ’bloopps’ atau tai kerbau yang jatuh. Karena hasil bentukannya menurutnya bagus, bentuk tersebut dijadikan sebagai bentuk dari rancangan bangunannya, semua berdasarkan keindahan subjektif belaka. Seharusnya arsitektur tidak seperti itu karena kita berhubungan dengan sisi humanisme pada manusia yang harus pula mengedepankan fungsi dan kenyamanan.
Sebagai arsitek bolehlah konsep kita seimajenatif mungkin tapi kita juga harus menguasai teknis-teknis membangun konsep kita tersebut. Dan arsitektur selalu berhubungan dengan manusia sehingga segi fungsionalitas dan firmitas tidak bisa kita abaikan. Jangan hanya semata-mata hanya memperhatikan segi keindahannya saja. Dan untuk menguasai teknis-teknis tersebut kita harus tau limit dari sesuatu. Kita tidak harus mengetahui detail dari semua ilmu. Tapi dengan tau limit dari sesuatu kita akan dapat memperkirakan apakan bangunan yang kita rancang itu dapat terbangun atau tidak.
Kemudian ilmu yang terakhir adalah ilmu designerik. Jika kita bandingkan ketiga ilmu tersebut dan mengaitkannya ke ilmu arsitektur maka akan terlihat bahwa ilmu sientifik merupakan awal mula teknik arsitektur, dimana ilmu didapat dari serangkaian percobaan dan penerapan hingga akhirnya menghasilkan sesuatu dengan kesalahan seminimal mungkin atau pasti. Sekarang kita (mahasiswa arsitektur) sedang berada pada tipe ilmu skolastik yang lebih menjurus ke seni atau art dengan diberikannya kebebasan sebesar mungkin ketika kita merancang sesuatu (lebih mementingkan konsep dan kekonsistenan pernyataan ketika di awal kita mendesign dengan hasil yang tercipta dibanding bisa tidaknya ide tersebut dibangun). Dan yang terakhir adalah ilmu designerik yang nantinya akan kita dapat ketika kita melakukan magang di dunia kerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar